Sahabat pena.
Dulu, waktu saya masih SD, saya pernah membaca istilah ini. (Kalau tidak salah dari majalah Bobo. Ya Tuhan, berkahilah para redaktur majalah Bobo atas pengetahuan yang mereka beri pada kami generasi 90-an ini.)
Sahabat pena. Sejak saya memasuki dunia SMP hingga sekarang berstatus pengangguran alumni SMA ini, saya benar-benar tak pernah mendengar lagi istilah “sahabat pena”. Persis ketika saya mulai mengenal Friendster dan Facebook pada masa itu, dan saat saya mulai mengenal WordPress waktu kelas 4 SD dulu.
Saya sendiri tidak pernah memiliki sahabat pena, tidak pernah berkirim surat sebelumnya. Saya lebih dahulu mengenal GMail versi beta (yang dulu invitation-only dan undangannya saya dapat dari mahasiswi yang PKL di kantor ayah). Saya lebih dahulu mengirim surat elektronik daripada surat yang ditulistangan sendiri.
Makanya, ketika adik kelas saya di SMA, Yume, mengirimkan ide berikut ini di grup salah satu komunitas penulis, saya langsung excited untuk mengikutsertakan diri …
Lanjutkan membaca Sahabat pena