Last day at Bukalapak

Hari ini saya membuka halaman terakhir di buku perjalanan saya sebagai karyawan Bukalapak setelah bekerja selama dua tahun tiga bulan.

Minat saya bekerja di Bukalapak berawal dari momen 12.12 ketika saya kuliah. Saat itu, berbagai marketplace memberikan promosi yang cukup besar bagi mahasiswa 😄. Kami sekelas membuka laptop, hunting promo dari berbagai marketplace di jam kuliah, bertukar info tentang marketplace mana yang memberi diskon paling tinggi, dan menumpang transfer ke teman yang pakai mobile banking.

Sambil checkout, saya membayangkan: bagaimana caranya ya, memastikan servicemereka bisa diakses jutaan orang di periode promo itu, dengan ratusan ribu requests per detik? Bagaimana rasanya “jaga lilin” di momen-momen seperti ini?

Pasti seru sekali!

Lanjutkan membaca Last day at Bukalapak

Ujung Panjang dari Rumah

Sejak kebijakan belajar dari rumah mulai berlaku, saya sebenarnya sudah mengontak beberapa adik kelas. Menanyai mereka: bagaimana kalian belajar di situasi seperti ini?

Ini situasi yang baru. Bukan hanya baru bagi para pelajar, tapi juga bagi para pengajar. Setidaknya, saya ingin menulis apa yang dialami oleh para pelajar. Barangkali ada tips dari mereka, sehingga bisa dibaca sesama pelajar lainnya. Atau mungkin ada keluhan, sehingga bisa dibaca pengajar lainnya sebagai evaluasi.

Draf tulisannya sebenarnya sudah jadi. Tapi, ketika saya tunjukkan ke adik kelas saya itu, ia membalas dengan nada khawatir.

“Nanti aku ketahuan dong kalau ngeluh?”

Sebuah kejadian dua tahun silam kemudian hadir dalam ingatan. Saat kami seangkatan menulis pengalaman kerja praktik kami dalam sebuah blog bersama. Kejadian yang membuat saya urung menerbitkan draf tulisan saya tadi itu.

Lanjutkan membaca Ujung Panjang dari Rumah

Jadi Aktivis dari Rumah

Sebagai orang informatika, kerja dari rumah bukan barang baru bagi saya. Bukalapakmengizinkan kami bekerja tidak di kantor beberapa hari dalam sebulan. Beberapa startuplain di Indonesia pun demikian. Bahkan ada yang semua karyawannya memang bekerja tidak di kantor dan tersebar di penjuru dunia, seperti di Automattic dan GitLab.

Beberapa adik kelas saya pernah mengungkapkan keinginannya bekerja di perusahaan seperti itu. Maka saya bilang: kalau ingin coba kerja remote dari kampung halaman di perusahaan besar seperti itu, cobalah mengelola organisasi mahasiswa tidak harus sambil ketemu.

Biasanya, setiap libur kuliah di bulan Februari, para pelajar rantau akan pulang kampung dan kegiatan organisasi praktis berhenti. Padahal, awal tahun biasanya momen kepengurusan baru dimulai. Banyak hal perlu dibicarakan dan disepakati, terutama tentang bagaimana organisasi mahasiswa akan berjalan selama setahun nanti.

Kadang, para pengurus susah berdiskusi di bulan Januari karena ada ujian akhir semester yang mesti dihadapi. Saya bisa mengerti.

Tapi di era teknologi seperti sekarang, mengeluh susah berdiskusi di bulan Februari karena tidak bisa tatap muka, sedangkan chatting dengan sohib setiap hari tetap tanpa jeda? Saya tak lagi bisa paham …

Lanjutkan membaca Jadi Aktivis dari Rumah

Tes SIM C Itu (Mungkin) Keliru

Tadi saya sempat mengunggah foto ke media sosial. Dengan lokasi di salah satu kota di Jawa Timur. Salah seorang warganet memprotes. “Kerja, hei. Masih liburan?”

Hehehe. Iya. Masih cuti sampai hari Jumat pekan ini. Sampai Jumat itu pula masih akan di Jawa Timur. Jadi supir AKAP: antar kota dan antar provinsi. Nyambangi keluarga besar yang tersebar di beberapa wilayah.

Saya selalu menikmati jadi supir AKAP. Mengemudikan mobil di dalam kota, apalagi di Cimahi dan Bandung, itu tidak menarik. Macet. Padat. Sumpek. Mepet-mepetan dengan pengendara motor.

Kalau hanya mepet-mepetan masih mending. Kalau pengendara motor itu menyalip di tikungan, ini yang mengesalkan. Apalagi kalau kita — pengemudi mobil — juga sedang berbelok.

Apalagi kalau arah berbelok motor dan mobil ini sama — misalnya, sama-sama belok kiri. Apalagi kalau motor ini menyalip dari sebelah kiri. Asumsi saya, pengendara motor itu pasti belum pernah mengemudikan mobil. Dia tidak tahu kalau:

  1. motornya tepat berada di sebelah mobil, dan
  2. ia menyalip dari sisi yang sama dengan arah mobil berbelok, dan
  3. pengemudi mobil tak menyadari ada motor di sebelahnya,

maka ia berpotensi tinggi terserempet mobil dan jatuh.

Kalau begitu kejadiannya, pasti pengemudi mobil yang disalahkan.

Biasanya kalau terjadi pada saya ketika saya sedang mengemudikan mobil, saya akan menyalakan klakson. Keras. Lama. Sambil melampiaskan kesal. Biasanya, kesalnya jadi reda sesudah suara klaksonnya berhenti.

Lain kejadiannya sore tadi. Kesalnya tak kunjung berhenti. Malah semakin emosi.

Lanjutkan membaca Tes SIM C Itu (Mungkin) Keliru

Menulis di WordPress.com

Saya sebenarnya punya blog di saiful.web.id.

Blog itu keren. Setidaknya menurut saya. Alamat webnya tidak pasaran: tidak diakhiri dengan wordpress.com atau blogspot.com, misalnya. Blognya dibuat dengan Hugo, sebuah static site generator. Penyimpanannya memanfaatkan fitur GitHub PagesCloudFlare digunakan sebagai reverse proxy dan juga melayani DNS. Tampilan blognya dimodifikasi dari tema Hyde buatan Steve Francia.

Berbagai hal teknis yang (menurut saya) keren itu tak diimbangi dengan hal terpenting dari sebuah blog: konten. Blog saya itu sepi. Gersang. Terakhir ditulisi tahun 2016.

Padahal, subjudul blog saya itu mulia sekali. “Karena hidup terakhir seseorang di muka bumi adalah tulisannya.” Kalau kalimat itu mau benar-benar dianggap, artinya hidup terakhir saya di muka bumi itu, ya, tahun 2016 itu.

Salah satu alasan saya pada diri sendiri biasanya: menulis di blog saya satu itu susah.

Loh, padahal keren. Tapi kok susah?

Lanjutkan membaca Menulis di WordPress.com

Baper lihat mas Nug.

Catatan: saya masih cowok normal. 🙈 Tapi baperan.

Jadi, hari Rabu, 26 Juli kemarin di kantor ada kegiatan Obrolan Bukalapak. Ini kegiatan gathering gitu, sekantor dan lintas divisi (jadi di sini kita ketemu juga orang-orang marketing, HCM, procurement, …) dan di situ sekalian ada acara halal bihalal mengingat ini OBL pertama sesudah Idulfitri.

Nah, di acara itu, kebetulan saya duduk dekat mas Nug, co-founder sekaligus CTO Bukalapak. Terus, di OBL ada games seru gitu (yang sulit saya deskripsikan saking serunya), terus babak “final”-nya di atas panggung dan itu bikin ketawa-ketawa.

Dan mendadak baper lihat adegan ini.

Lanjutkan membaca Baper lihat mas Nug.

Sepekan Pertama di Plaza City View

Wait, sepekan pertama?

Iya, karena saya lolos ke tahap final Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional kemarin di Surabaya tanggal 10-13 Juli, jadilah ada kebijakan dari jurusan atas permintaan PD3 bahwa PKL saya mundur dua pekan.

Jadi, Senin, 17 Juli kemarin adalah hari pertama saya PKL, di kala orang-orang sudah mulai submit logbook, RPP, dan lembar penilaian pertama bagi yang D4. Itu hari pertama saya pula menikmati Jakarta yang panasnya sebelas-dua belas dengan kampung halaman saya di Probolinggo.

Lanjutkan membaca Sepekan Pertama di Plaza City View

An unexpected entrance to an unexpected journey

26 Mei 2017.

Di tengah kepenasaranan mengenai “bisa nggak sih PKL di startup-startup kece gitu?”, dan sesudah mendapatkan kabar duka dari salah satu layanan travel agent besar yang berburung biru, saya mengontak Bukalapak untuk memastikan.

Why Bukalapak? Karena video ini.

And then, ada surel balasan.

Lanjutkan membaca An unexpected entrance to an unexpected journey

Membuat Garis Lurus di PowerDesigner

Di semester 4 ini salah satu mata kuliah yang saya pelajari adalah Analisis dan Perancangan Perangkat Lunak 1 (APPL-1). Pada mata kuliah ini, kami menggunakan software PowerDesigner untuk membuat use case diagram dan kawan-kawannya.

Salah satu masalah yang muncul adalah ketika membuat asosiasi dari actor ke use case, garis yang muncul tidak bisa lurus. Bentuknya garis patah-patah, seperti ini:

Padahal, notasi yang umum digunakan, garis asosiasi dari actor ke use case itu wujudnya berupa garis lurus.

Lanjutkan membaca Membuat Garis Lurus di PowerDesigner