Pameran Pedang Nabi

Hari ini, saya pergi ke sekolah. Untuk upacara, peringatan Hari Pendidikan Nasional. Setelah sedikit tegang di jalanan gara-gara tweet dari ketua OSISku yang satu ini, akhirnya bisa (sedikit) tenang setelah (kembali) tegang karena harus mengabsen teman-teman di kelas (dan ada yang telat pula).

Pulangnya, sekeluarga jalan-jalan ke PUSDAI Jabar. Katanya sih, mau ke Pameran Pedang Nabi. (Katanya, loh—meskipun ternyata beneran). Beli tiket di loket…

…habis itu, ngantri. Ngantri. Iya, ngantri, di barisan yang panjang dan berkelok-kelok itu, seperti ular.

Sayang. Cuma segitu foto-fotonya. Pasalnya.. ngeliat peraturan yang ditempel di dekat pintu masuk: “Dilarang mengambil gambar tanpa izin khusus dari panitia”. (Well, Sir, I think you must to allow bloggers like me to take a photo in there)

Setelah sekian lama mengantri, akhirnya masuk juga. Ada beberapa sesi di pameran ini. First, kita disuguhin presentasi (lebih tepatnya, film pendek berdurasi 10 menit) tentang kisah Shalahuddin Al-Ayyubi. Video itu lebih tepat disebut video dokumenter (yang banyak adegan di-cut di sana-sini, meskipun runtut).

Second, acara inti. Dari presentasi itu, masuk ke ruangan selanjutnya, ruangan pameran. And.. wow, banyak banget benda-benda bersejarah (banget) di sana. Sebelum pameran ini berakhir tanggal 9 Mei 2010 saya rasa kalian semua musti ikutan pameran ini. Bener deh! Banyak banget saksi bisu sejarah perjuangan Islam (yang sepertinya tak bisa saya ceritakan karena saking tak bisa diucapkan dengan kata-kata). Datang saja ke sana! Hari biasa (Senin – Jum’at) tiketnya hanya Rp10.000,00, kalau hari Sabtu – Minggu cuma naik Rp5.000,00 aja kok.

Third, foto-foto. Bagi yang mau take a photo disediakan replika pedang Nabi di sini. Sekali jepret dapet foto selembar 5R, harganya Rp10.000,00. Dicetak di tempat, cepet pula. Kalo mau dibikin mug-nya sekalian, bayar Rp25.000,00. Tunggu 30 menit, beres.

Di luar, banyak banget stand lain. Seperti makanan, minuman, dll. Ini sih udah wajib kali, ya.

That’s all! Pulang-pulang beli buku “Desain Website Reader-Friendly”. Review menyusul, ya. Ini buku bahasanya berat banget (meski harganya ringan) dan perlu konsentrasi lebih buat bacanya.

(Tulisan ini saya kembalikan dari Wayback Machine. Sayangnya, foto dari tulisan aslinya tidak dapat diselamatkan.)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *