Beberapa minggu yang lalu saya ikut kegiatan Share-ing IT dari Departemen Pendidikan Himpunan Mahasiswa Komputer Politeknik Negeri Bandung. Dari sana, saya keplincut(apa ya? Bahasa Sundanya kabita) untuk pakai lagi OS berbasis Linux di laptop saya setelah terakhir kali bermain dengan Linux kira-kira tahun 2009–2011-an.
Yang terlintas di kepala saya saat itu adalah Ubuntu 14.04 LTS. Setelah mencoba, ternyata Unity (yang dulu waktu awal kemunculannya — saya ingat betul — sempat menjadi ‘polemik’ dan banyak teman-teman saya pengguna Ubuntu yang kemudian beralih ke distro lain karenanya) masih terasa berat bagi saya. Akhirnya saya pindah ke Linux Mint 17.
Kalau kata kang Pajri Aprilio, “Hitung-hitung mengurangi dosa pakai OS bajakan.” Hehehe. OS Windows saya alhamdulillah lisensinya original. (Cara mendapatkan lisensinya itulah yang halal-halal-haram. Hehehe.)
Mudah-mudahan istiqamah. Diniatkan juga buat belajar. 🙂