Sepekan Pertama di Plaza City View

Wait, sepekan pertama?

Iya, karena saya lolos ke tahap final Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional kemarin di Surabaya tanggal 10-13 Juli, jadilah ada kebijakan dari jurusan atas permintaan PD3 bahwa PKL saya mundur dua pekan.

Jadi, Senin, 17 Juli kemarin adalah hari pertama saya PKL, di kala orang-orang sudah mulai submit logbook, RPP, dan lembar penilaian pertama bagi yang D4. Itu hari pertama saya pula menikmati Jakarta yang panasnya sebelas-dua belas dengan kampung halaman saya di Probolinggo.


Intermezzo singkat: ternyata di sini banyak sekali perantau. Ekspektasi saya bakal banyak mendengar lo-gue-lo-gue di sini, ternyata saya disambut “mangan opo mas-e?”, “matur nuwun”, dan logat medok di sini, baik di warung makan, di jalan sekitar kostan, bahkan dengan Gojek sekalipun 😅


Oke, kembali ke Plaza City View.

Kantor Bukalapak terletak di lantai 1 sampai lantai 2 di Plaza City View. Selain Bukalapak, setidaknya saya notice ada Gojek di lantai 3. Saya tidak begitu hafal lantai 4 dan seterusnya, tapi yang jelas bukan perusahaan yang bergerak di IT.

Di hari pertama saya disambut mbak Diesha selaku HR yang kontak intens dengan saya sejak tahap interview. Saya diminta datang ke kantor jam 10.00, dan meminjam kata-kata Eki: first impression itu penting, saya tiba di kantor jam 9.30. (Sebenarnya karena belum tahu saja dari kostan ke kantor berapa lama kalau jalan kaki, dan sepertinya kepagian …)

Setelah ketemu mbak Diesha dan membahas hal-hal legal, termasuk menyerahkan surat tugas dari JTK, saya kemudian ketemu dengan mas Hadi, engineering manager di Bukalapak. Saya kemudian diajak office toursingkat: keliling kantor, ditunjukkan kamar mandi, area gym (iya, di sini ada gym-nya, dan kalian sepertinya tahu akan saya pakai atau tidak XD), mushalla (yang besar banget dan bisa dipakai Jum’atan segedung), serta akhirnya dipertemukan dengan mas Dian, lead dari tim saya, tim Core.

Selamat datang di meja panas

Jadi, tim Core adalah tim di Bukalapak yang menguasai arsitektur Bukalapak secara keseluruhan dan bertanggung jawab atas bagian Bukalapak yang inti (thus, dinamai Core). Sebut saja misalnya spesifikasi API yang harus diikuti oleh semua software engineer se-Bukalapak.

Dan kata pak Hadi, jangankan intern, tidak sembarang software engineer bisa masuk sini. Terima kasih kepada tugas improvement dari JTK yang akhirnya menyebabkan mas Hadi menempatkan saya di tim ini XD

Is that why disebut sebagai “meja panas”?

Tentu tidak.

Suasana (setengah) kantor lantai 1 Bukalapak untuk para engineers. Gambar diambil dari blog orang karena terlalu malu untuk foto-foto di pekan-pekan pertama 😂

Kelihatan kan dari foto di atas bahwa area engineers Bukalapak itu terdiri dari beberapa blok meja. Setiap blok meja itu menandakan satu tim. Jadi ada banyak tim di Bukalapak, dan menganut prinsip microservices, tim-tim terbagi dari komponen-komponen di Bukalapak. Misalnya, ada tim yang mengurus payment, ada tim yang mengurus fitur logistik dan pengiriman barang, dan lain-lain. (Saya nggak bisa sebut semua karena beberapa di antara tim itu perlu dirahasiakan.)

Nah, meja saya … di sini.

(Meja saya yang laptop hitam dan ada teh segelas penuh. Foto diambil jam 9-an saat baru mas Dian yang datang — mas Dian itu “orang pagi,” julukan bagi yang datang pagi sehingga akan pulang jam 5 sore-an.)

Disebut meja panas oleh … (saya lupa oleh mbak Sharon atau mas Dian atau mas Hadi). Yang saya baru mengerti ketika jam siang saya bertanya ke mbak Sharon yang duduk di sebelah saya,

“Mbak, itu siapa?” *sambil bisik-bisik*

“Lho, kamu nggak tahu?” *akhirnya ikut bisik-bisik juga* “Itu mas Willix … COO Bukalapak.”

*gasps*

“Kalau yang itu kamu tahu?” *sambil nunjuk ke pojok kiri depan meja*

*menggeleng*

“Itu mas Nug, CTO Bukalapak …”

*gasps*

Kalau di antara mas Willix dan mas Nug itu mejanya mas Ibam, VP of Engineering dari Bukalapak. Kalau yang ini saya tahu karena pak Priyanto sempat summon mas Ibam di Facebook.

Finally saya paham kenapa ini disebut meja panas. 😅

“Dulu, awal-awal, mas Zaky (CEO Bukalapak) asalnya ditawari duduk di situ …” *sambil nunjuk pojok kanan depan meja* “… tapi mas Zaky kemudian milih duduk di tempat lain.”

*gasps more* *kemudian curhat di grup kelas*

Perks of working in Bukalapak

Sebagai startup yang terkesan “anak muda” dan menganut pola pikir Silicon Valley, perksyang ditawarkan di sini lumayan menyenangkan.

Pertama, flexible working hours. Baik karyawan tetap maupun interns di sini diberikan kebebasan untuk masuk kerja jam berapapun asalkan kemudian memenuhi delapan jam kerja dan satu jam istirahat. Dan rata-rata di sini para engineers baru masuk kerja jam 11-an. Bisa dipahami mengingat traffic Jakarta yang … ya tahu sendiri lah.

Untuk mengakomodir jam kerja yang fleksibel, maka perks kedua: disediakan makan siang dan makan malam di kantor. Modelnya prasmanan. Kita boleh makan di area terbuka semacam hall ukuran kecil, atau boleh juga makan di meja kerja masing-masing.

Untuk mengakomodir jam kerja yang fleksibel pula maka kantor engineer buka 24 jam.

Ketiga, implikasi dari jam kerja yang fleksibel adalah kegiatan istirahat bisa diatur masing-masing. Saya lebih bahagia karena akhirnya bisa ready di mushalla sebelum waktu Dzuhur dan Ashar di sini 🙂

Keempat, kalau prefer pulang kerja naik Gojek, karena kantor PCV ini juga markas Gojek juga, jadi banyak banget Gojek yang mangkal di depan kantor sehingga nggak nunggu lama kalau pesan Gojek.

Kelima, pantry terbuka 24 jam. Jadi sebelum masuk meja kerja bisa buat teh atau kopi dulu terus dibawa ke meja. Air minum juga bisa ngambil terus, jadi … penghematan untuk anak kos 😀

Nah.

Nah. Nah. Nah.

Saya sekarang mau cerita bahwa di sini ekspektasi buat anak magang itu tinggi banget, setidaknya kalau saya coba bandingkan dengan beberapa perusahaan yang pernah diceritakan di blog ini.

Hari pertama kita setup environment, kita di-expect untuk mainlymelakukan setup sendiri dengan berbekal README yang ada di masing-masing repositoryIt involves sudo-ing, some vi, and lot of Git. (Oh ya, dan di sini kita di-encourage untuk develop dengan Linux atau OSX.)

Git juga nggak diajarin, dan di Linux nggak ada SourceTree. (Ada GitKraken tapi saya nggak suka wkwkwk.) Alhamdulillah saya cukup sering pakai Git sebelumnya, dan saya akhirnya merasakan pernah kerja dengan tim dan sering-sering lihat-lihat repository yang open source di GitHub itu ngebantu banget. (Jadi akhirnya di sini saya pakai Git dengan command prompt.)

Oh ya, Git di sini sudah branching dan merging (dengan pull request). Just let you knowbahwa belajar Git tidak sekadar nge-commit ke branch master rame-rame satu tim-eun. 😀

Di Bukalapak kita pakai continuous integrationTest driven development is the norm. Dan kita nggak di-brief bahwa cara pakai CI itu gimana, atau TDD itu apa dan gimana cara pakainya di Bukalapak; kita di-brief bahwa CI di sini pakai apa dan TDD di sini pakai Rspec. Juga di-brief, “jangan lupa jalanin tesnya dulu ya sebelum di-push.”

Sisanya, selamat eksplorasi …


Oh ya, ada hal yang buat saya sedih …

Yang biasanya kalau makan di Polban ke Pujasera bareng-bareng, sekarang saya ngantri makanan sendirian …

Mengingatkan saya banget bahwa kehidupan kuliah akan segera berakhir dan saya akan segera memasuki dunia nyata, sendirian …

Mendadak ingat kata-kata bu Transmissia di pertemuan pertama mata kuliah Konsep TIK waktu semester satu:

Kuliah di sini itu nggak akan terasa. Baru kemarin kalian dilantik di Pendopo, eh … nanti tahu-tahu sudah diwisuda lagi di Pendopo.


Oke, ini sudah pekan kedua (bagi saya) dan saya belum bisa cerita banyak hal di sini. Tunggu post saya selanjutnya ya.

Boleh juga lho komentar di bawah kalau ingin tahu beberapa hal yang nanti bisa saya share di tulisan selanjutnya. 🙂

Tulisan ini telah lebih dahulu terbit di https://kpjtk17.wordpress.com/2017/07/24/sepekan-pertama-di-plaza-city-view/.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *